Selasa, 11 September 2018

Filled Under:

Kultum Remaja

Jama’ah yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membahaskan sebuah kultum dengan tema: Dilema remaja, antara pacaran vs ta’aruf

Banyak remaja sekarang yang terjebak dengan tipu muslihat syaitan dengan cara berpacaran. Padahal sudah jelas hal tersebut dilarang dalam agama, sebab akibat yang ditimbulkannya pun bukan hanya berdampak buruk pada sang pelaku, namun juga buruk bagi masyarakat, agama dan lainnya.

Berbeda dengan kaidah yang telah diajarkan dalam agama, jika seorang pemuda telah merasa cocok dan ingin menjalin hubungan yang lebih serius lagi, maka islam telah memberikan jalan dengan cara ta’aruf. Ingat… ta’aruf bukan pacaran.

Kenapa harus memilih untuk ta’aruf dibandingkan dengan berpacaran?
karena, ta’aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah . Jadi kalau salah satu atau keduanya tidak merasa cocok bisa menyudahi ta’arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta’aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta’ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.
Istilah pacaran itu sendiri bisa berbeda-beda dalam mengartikannya, bahkan jika itu berarti pacaran adalah kisah dari pasangan yang hanya karena mencintai dua kekasih dalam suatu hubungan, untuk bersenang-senang dan menjurus pada kemaksiat, maka tidak diperbolehkan. Tapi jika pertanyaan pacaran disini sebagai instrumen pendamping untuk mengidentifikasi calon lebih lanjut, mencatat keterbatasan Kepribadian sesuai Syari'at harus dijaga, maka itu adalah baik, karena dalam Islam ada istilah sendiri yaitu Ta'aruf sebelum pernikahan. Ta'aruf tujuannya di sini adalah hanya untuk mengenali karakter calon pasangan kita, bukan untuk bersenang-senang atau happy-happy. Pergi sendiri tanpa ditemani mahram atau keluarga, harus dihindari. Karena kita tidak tahu apa yang bisa dan mungkin terjadi. Ketentuan ini tetap berlaku meskipun dalam proses menuju pernikahan. Selama pernikahan belum terjadi wajib mentaati sariat karena masih bukan muhrim. Pembatasan syariat harus dijaga. Dalam sebuah hadits Shohih Nabi Muhammad SAW. Hal ini tidak menegaskan "Tidaklah diperkenankan bagi laki-laki dan perempuan untuk berkhalwat (berduaan), karena sesungguhnya ketiga dari mereka adalah syetan, kecuali adanya mahram. (HR Ahmad dan Bukhari Muslim, dari 'Amir bin Rabi'ah)"

Dalam arti bahwa kita hidup dengan manusia yang memiliki prinsip dan pandangan yang berbeda tentang hidup. Bahkan di kota-kota besar masyarakat kita dapat dikatakan memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebebasan. Terkadang dengan kondisi seperti itu, kita menghadapi dilema bagaimana menempatkan diri dalam dunia sosial yang kita dapat diterima oleh lingkungan, dan keyakinan atau syariat Islam yang diawetkan. Tapi sebenarnya aturan yang paling tepat dalam pergaulan, khususnya dengan lawan jenis, adalah pandai-pandai menempatkan diri dan menjaga hati Anda. Cobalah untuk memahami situasi ketika kita harus serius dan kapan harus santai, "berpikir sebelum bertindak" sangat penting. Namun demikian, menjaga pandangan adalah sangat dianjurkan, tapi inti dari ajaran ini adalah bagaimana kita menjaga hati. Istilah ini, sebagaimana kita adanya pandangan tertunduk, jika kita tidak menjaga hati Anda?. Semua tergantung pada niat kita. Misalnya, dalam kantor atau organisasi di mana kita dituntut untuk berinteraksi dengan orang, baik pria maupun wanita, kita tentu saja diperbolehkan untuk melakukan kontak dengan lawan jenis.
Etika pergaulan dalam islam adalah, khususnya antara lelaki dan perempuan garis besarnya adalah sbb:
1.     Saling menjaga pandangan di antara laki-laki dan wanita, tidak boleh melihat aurat , tidak boleh memandang dengan nafsu dan tidak boleh melihat lawan jenis melebihi apa yang dibutuhkan. (An-Nur:30-31)
2.     Sang wanita wajib memakai pakaian yang sesuai dengan syari'at, yaitu pakaian yang menutupi seluruh tubuh selain wajah, telapak tangan dan kaki (An-Nur:31)
3.     Hendaknya bagi wanita untuk selalu menggunakan adab yang islami ketika bermu'amalah dengan lelaki, seperti:
o    Di waktu berbicara hendaknya ia menjahui perkataan yang merayu dan menggoda (Al-Ahzab:32)
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا (٣٢)
32. Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa[3]. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara[4] sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya[5], dan [6]ucapkanlah perkataan yang baik.
4.     Tidak diperbolehkan adanya pertemuan lelaki dan perempuan tanpa disertai dengan muhrim.
Jadi Para Remaja2 Yang masih dilema antara berbacaran atau taaruf “termasuk saya sendiri” Hendaklah Kita untk senantiasa menjalankan apa yang sudah di syariatkan oleh agama kita yaitu agama islam, tetapi bukan tidak boleh berpacaran, tergantung kita yang menjalaninya jika kita berpacaran untuk menambah motivasi belajar why not? yang pentig positif2nya dari pacaran itu sendiri yang kita ambil.tetapi lebih baiknya untuk menghindari maksiat di dalam islam di anjurkan kita untuk bertaaruf.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 Tausiyah islam.